Sejumlah pelajar putri di SMKN 2 Semarang, Jawa Tengah, tidak berpangku tangan melihat sampah berserakan di sekitar mereka. Sebaliknya, rasa kepedulian menjaga kebersihan lingkungan menggerakkan mereka menyulap pelepah pisang menjadi lukisan yang bernilai seni tinggi. Selain memiliki nilai ekonomis, lukisan pelepah pisang itu juga menjadi solusi untuk menjaga lingkungan dari tumpukan sampah.
Hampir tiap pekan, belasan siswi menyambangi kebun pisang di belakang sekolah. Mereka tak sekadar membersihkan sampah, melainkan juga memilah-milah limbah pelepah pisang. Pelajar-pelajar putri itu tak canggung menerobos rimbunnya dedaunan pohon pisang.
"Kami mencari pelepah pisang yang kering dari pohon. Makanya harus berani menyibak dedaunan dan menerobos batang-batang pohon pisang. Pelepah itu juga harus memiliki tekstur halus dengan corak warna tertentu, agar nanti ketika dibuat lukisan bisa bagus hasilnya," kata Amelia Kristianingrum, siswa kelas X SMKN 2 Semarang
lukisan dari pelepah pisang |
Gadis berambut sebahu itu menyampaikan, pemilihan corak warna pelepah pisang menjadi kunci keindahan lukisan, karena akan menentukan hasil karya seni yang bakal mereka ciptakan. Selain memilih pelepah pisang, mereka pun membersihkan daun-daun kering dan menumpuknya agar mudah dibakar.
"Ya kami tak hanya mencari pelepah pisang, tapi juga membersihkannya agar kebun ini tidak terlalu rimbun dan kotor. Makanya kami selalu koordinasi, mana saja yang bisa dipakai atau dibuang. Pengerjaan lukisan pelepah pisang ini nanti kami kerjakan bersama, jadi biar saling tahu teksturnya seperti apa saja," paparnya sambil menggunting pelepah pisang.
Usai mendapatkan pelepah pisang yang dicari, mereka bergegas menuju ruang Eco Gallery yakni sebuah bangunan khusus untuk pengerjaan kerajinan siswa. Tanpa menunggu lama, mereka segera mengambil peralatan yang diperlukan sesuai tugas masing-masing. Sebagian siswa menggambar pola, dan lainnya mengerok kulit pelepah pisang bagian dalam agar mudah dilem saat ditempel pada kanvas.
"Pelepah pisang lalu dipotong sesuai kertas pola, sebelum ditempel ke kanvas yang terbuat dari papan triplek. Agar lukisan nanti terlihat natural, seluruh bagian kanvas yang nantinya menjadi background ditempel pelepah pisang hingga merata. Masing-masing dikerjakan oleh orang yang berbeda, kami bagi tugas," tukas Annriela Ernest Meivita, sambil menggambar pola.
Gadis manis berkerudung itu menyampaikan, pemilihan corak warna dan tekstur menjadi bagian paling sulit, karena harus menyesuaikan dengan latar belakang kanvas. Untuk itu, mereka harus jeli memilih dan sering bertukar pelepah pisang demi mendapatkan perpaduan warna yang kontras.
"Seperti kali ini saat hendak membuat lukisan pemandangan alam, kesulitannya yaitu membuat pola, menentukan warga gelap terang, dan membuat perpaduan warna yang menarik. Apalagi kan, stok warna pelepah pisang hanya itu-itu saja, jadi sangat terbatas. Untuk menyiasatinya, misalnya bila alasnya terang maka kami tentukan corak gambar yang gelap," jelasnya.
Annriela menuturkan, membuat lukisan berukuran 40 x 60 sentimeter persegi biasanya membutuhkan waktu sekira satu pekan. Namun, bila tingkat kesulitannya tinggi, lukisan baru rampung setelah memasuki pekan kedua. Apalagi, bila lukisan itu merupakan kolaborasi pelepah pisang dengan seni lukis yang menggunakan media lain seperti pensil atau cat warna.
"Kalau sekarang ini mungkin lebih lama, karena kami harus mencari pelepah pisang dulu. Padahal pelepah pisang ini harus kering dari pohon, tidak dijemur. Lha pada musim hujan gini kan susah mendapatkan pelepah yang bagus. Mungkin pembuatan lukisan dua pekan lebih," terangnya.
kerajinan lukisan |
Guru prakarya dan keterampilan SMKN 2 Semarang, Ganjar Triyadi, menyampaikan, sekolahnya memiliki kebun pisang yang luas, namun kerap menjadi masalah karena menimbulkan sampah. Untuk itu, dia memacu siswa-siswanya yang didominasi pelajar putri untuk memanfaatkan limbah itu sebagai karya seni.
"Di belakang sekolah banyak pohon pisang yang menjadi tempat sampah sangat luas. Nah, untuk mengatasi sampah itu, maka kami memiliki ide dengan melibatkan seluruh siswa. Anak-anak kami ajak untuk membuat lukisan pelepah pisang, dan hasilnya luar biasa. Selain permasalahan sampah teratasi, siswa juga juga terpacu membuat karya seni yang indah," katanya bangga.
Karya seni para pelajar putri itu ternyata diminati banyak kalangan saat mengikuti pameran. Bahkan, pengunjung pameran rela mengeluarkan sejumlah uang demi mendapatkan karya lukisan pelajar-pelajar putri itu. Harga yang dipatok pun tak terlalu mahal, yakni rata-rata Rp1 juta untuk ukuran 40 x 60 sentimeter persegi.
"Lukisan ini meski dari pelepah pisang tapi cukup awet. Kami selalu memberi lapisan lem di permukaannya, selain untuk melindungi dari pelapukan juga lukisan lebih mengkilap. Perawatannya juga cukup mudah, cukup dibersihkan dengan kuas atau lap kering, nanti secara periodik dilapisi lagi dengan lem biar makin awet," pungkasnya. (rfa)
Subscribe Our Newsletter
Belum ada Komentar untuk "Siswi Sekolah Ini Sulap Sampah Jadi Kerajinan Cantik"
Posting Komentar